Minggu, 20 Mei 2012

Al Ummu Madrasah Vs Mother Monster


By: sahabatbaik


Dalam Islam seorang wanita yang menjadi  ibu adalah tokoh sentral dalam pendidikan anak atau generasi penerus kehidupan ummat manusia. Bukan hanya dalam skala rumah tangga saja  bahkan negara hingga skala dunia. Namun apa jadi seorang ibu yang merupakan madrasah/sekolah  buat anak-anaknya untuk mengajarkan keimanan, Akhlak dan moral yang baik berubah menjadi “Mother Monster” atau ibu raksasa yang konotasinya negatif  makhluk yang jahat.


Sepele sekali kelihatannya hanya sekedar julukan tapi apakah kita sadari julukan yang disematkan itu bukan sekedar julukan tapi sebuah label yang mencerminkan budaya, ideologi serta peradaban yang dia usung. Kita sudah mafhum bahwa di era globalisasi saat ini sedang terjadi perang budaya dan peradaban, Budaya timur vs budaya barat,  religius vs liberalisme.


Lantas apa jadinya kita sebagai orang tua maupun yang belum menjadi orang tua akan membiarkan diri dan anak-anak kita menjadi orang yang kalah dan dijajah oleh peradaban barat dengan liberalismenya. Tidak cukupkah kita menbaca sejarah bagaimana bangsa kita menderita akibat penjajahan yang dampaknya masih terasa sampai saat ini.

Jadi kita para bapak dan ibu jangan takut dan ragu untuk menolak kehadiran Lady Gaga atau si Mother Monster ini. Apakah penolakan itu sebuah pelanggaran HAM dan mengekang kebebasan. Tidak tepat kiranya HAM dijadikan alasan karena HAM itu sendiri telah ditafsirkan secara sepihak oleh negara negara barat untuk menindas negara negara lemah yang kebanyakkan negara-negara muslim.


Ada yang berkilah tiga jam pertunjukan tidak mungkin akan meruntuhkan  moral bangsa. Persoalan bukan hanya pada waktu dan jam tapi ini sama saja sebuah pembiaran terhadap penampilan seorang artis yang menyerupai simbol-simbol pemujaan setan belum lagi penampilan seronok dan pergaulan bebas yang  diusungnya. Hal ini akan menjadi sebuah pembenaran yang akan di ikuti oleh para penggemarnya.

Belum lagi media-media yang memperkecil persoalan seolah-olah penolakan ini hanya FPI vs Lady Gaga. Media sekelas Reuters pun mengasumsikan demikian. Padahal ada banyak orang tua dan orang-orang muslim yang masih memiliki keimanan dihatinya yang menolak kehadiran si pemuja setan ini. Bahkan di Filipina dan Korea Selatan pun ada penolakan yang dilakukan oleh mereka yang beragama kristen. Inilah salah satu bentuk kebebasan yang diusung, bebas untuk menistakan agama.

Kapitalisme yang merupakan saudara kandung dari liberalisme membuat industri musik yang sedang menggeliat di negara kita dimanfaatkan oleh para promotor musik untuk menanggung sebanyak-banyaknya untung dengan mendatangkan artis artis  tanpa memikirkan implikasinya terhadap Akhlak, budaya dan moral bangsa.
 
Para orang tua khususnya para pemimpin negeri ini, segeralah berpikir dan bertindaklah  agar anak-anak kita tidak dilahirkan menjadi “Little Monster” dari rahim “Mother Monster” karena menjadi fans Lady Gaga yang mengusung lagu The Born This Way Ball sebuah lagu bertemakan kebebasan bagi kaum gay, lesbian,dll.

Dalam ilmu parenting kenakalan seorang anak adalah akibat dari  orang tua yang tidak menyadari bahkan tidak mengetahui proses perkembangan tahap demi tahap sebuah prilaku anak menjadi kenakalan baru dan orang tua sering kali tidak mampu mengidentifikasi terhadap prilaku anak.  Jangan biarkan anak-anak kita yang akan menjadi generasi penerus bangsa ini menjadi generasi pembebek yang tidak punya harga diri. Terbukti ketika Justien Bieber datang ke indonesia yang disambut hangat oleh para penggemarnya justru dia melecehkan negara ini dengan menyebut  negara acak atau negara yang tidak jelas  (Random Country). Harga sebuah pengidolaan yang dibayar murah dengan pelecehan harga diri bangsa.


Kartika Wanasari, 20 Mei 2012

4 komentar: